Efisiensi dan inovasi menjadi dua tantangan utama bagi Industri Kecil Menengah (IKM) sektor kerajinan di Kabupaten Cirebon. Banyak pelaku usaha masih menggunakan metode manual dengan tingkat presisi rendah, risiko ergonomi tinggi, dan keterbatasan kapasitas produksi. Di tengah keterbatasan tersebut, hadirnya teknologi produksi berbasis rekayasa menjadi harapan baru—asal diiringi dengan pendekatan yang kontekstual dan partisipatif.
Pada akhir bulan Mei 2025, Program Studi Teknik Industri ITB Kampus Cirebon menyelenggarakan kegiatan pengabdian masyarakat dalam bentuk Workshop Design Thinking & Prototyping, sebagai bagian dari program Penelitian, Pengabdian Masyarakat, dan Inovasi (PPMI) FTI ITB 2025. Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi antara para dosen Teknik Industri, para mahasiswa yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Prompt Consulting Group (Prompt CG) dan Advanced Manufacturing Study Group (AMSG), serta lima mitra IKM sektor kerajinan: Kadmiya Craft (gerabah), Studio Mastori (rotan), Batik Tulis Sapu Jagat (batik pewarna alami), Arli Goods (kulit), dan Padil (anyaman bambu).
Kegiatan diawali dengan kunjungan lapangan pada 12–16 Mei 2025 untuk memetakan kebutuhan dan tantangan teknis masing-masing IKM. Dari hasil observasi lapangan, ditemukan beberapa permasalahan teknis yang umum dihadapi oleh pelaku IKM, antara lain: kesulitan membuat cetakan gerabah yang konsisten secara bentuk dan ukuran; kebutuhan alat bantu untuk membengkokkan rotan dengan presisi radius kecil; serta potensi penerapan teknologi ergonomi dalam pembuatan motif batik serta anyaman bambu. Untuk proses batik, pengrajin memerlukan alat bantu ergonomis agar canting tidak cepat panas dan posisi tangan tidak mudah pegal. Sementara pada proses anyaman, ditemukan kebutuhan meja kerja modular dan penahan bahan yang memungkinkan pengerjaan posisi duduk tanpa membungkuk terus-menerus.
Temuan-temuan lapangan tersebut kemudian menjadi dasar untuk merancang solusi teknis dalam workshop utama. Workshop yang dilaksanakan pada 31 Mei 2025 memperkenalkan teknologi manufaktur aditif seperti 3D printing, laser cutting/engraving, dan CNC milling desktop. Teknologi ini tidak hanya diperkenalkan secara teoritis, tetapi juga langsung digunakan untuk membuat prototipe alat bantu sesuai kebutuhan masing-masing IKM. Salah satu contoh konkret adalah pencetakan cetakan gerabah menggunakan printer 3D berbahan dasar PLA+ filament, yang memungkinkan proses duplikasi yang lebih cepat dan presisi.
Dari sudut pandang teknik industri, kegiatan ini memanfaatkan pendekatan sistematis mulai dari pemetaan proses, hingga desain alat bantu yang memperhatikan prinsip ergonomi, efisiensi waktu, dan design for manufacturability. Mahasiswa dilatih menerapkan metodologi teknik industri ke dalam konteks riil: merancang, memproduksi, dan mengevaluasi solusi teknis yang aplikatif bersama pelaku IKM.
Untuk mendukung pendekatan tersebut secara menyeluruh, kerangka kerja yang digunakan dalam kegiatan ini adalah design thinking. Mahasiswa dan pelaku IKM bekerja sama merumuskan masalah, mengeksplorasi ide, membuat prototipe, dan menguji alat bantu produksi secara langsung. Kolaborasi ini menciptakan suasana pembelajaran dua arah: pelaku IKM memperoleh wawasan teknologi baru, sementara mahasiswa mendapatkan pemahaman kontekstual tentang dunia kerja, dinamika industri kecil, serta pentingnya komunikasi lintas disiplin.
Kegiatan ini menunjukkan bagaimana pendidikan tinggi dapat berperan sebagai mitra transformasi industri lokal. Pendekatan yang diterapkan bukan bersifat top-down, tetapi berbasis co-creation—semua pihak terlibat setara dalam proses inovasi.
Kegiatan ini juga mendapat dukungan penuh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon. Sekretaris Dinas, Dr. H. Rodiyah, menekankan pentingnya menjadikan kegiatan seperti ini sebagai model berkelanjutan untuk pengembangan IKM di wilayah lain.
Dengan dukungan multi pihak dan keterlibatan aktif pelaku usaha, kegiatan ini tidak berhenti sebagai agenda satu kali. Harapannya, program ini menjadi awal dari ekosistem inovasi teknologi terapan yang lebih kuat. Ke depan, kegiatan akan dilanjutkan melalui pendampingan teknis rutin, riset mahasiswa yang kontekstual, dan inkubasi produk teknologi tepat guna berbasis kebutuhan lokal. Selain menjembatani kesenjangan antara dunia akademik dan industri, kegiatan ini juga mendorong mahasiswa teknik untuk menjadi agen perubahan di tengah masyarakat.
Penerapan Design Thinking oleh Pelaku IKM Kadmiya Craft
Kadmiya Craft, salah satu mitra IKM dalam kegiatan Workshop Design Thinking dan Prototyping, menunjukkan komitmen tinggi dalam menerapkan pendekatan design thinking. Melalui proses pendampingan dua pekan sebelum workshop dan sesi prototyping langsung, mereka berhasil menjalankan keempat tahapan dengan aktif dan sistematis. Berikut rangkuman prosesnya:
Tahap 1 - Sense & Sensibility (Rasa dan Kepekaan)
Proses dimulai dengan kunjungan lapangan ke lokasi kerja Kadmiya Craft. Bersama mahasiswa pendamping, mereka mengamati aktivitas harian dan mencatat hambatan yang muncul saat produksi.
Temuan utama:
Tahap 2 - Empathy (Empati)
Setelah pengamatan langsung dilakukan, tahapan berikutnya adalah memperdalam pemahaman melalui empati. Kadmiya Craft mendalami pengalaman dan perasaan para pengrajin, untuk memahami dampak masalah secara lebih utuh.
Keluhan yang dikumpulkan:
Ideation (Ideasi)
Temuan dan empati tersebut kemudian diformulasikan dalam sesi ideasi. Kadmiya Craft bersama mahasiswa mulai menyusun solusi atas lima masalah utama, membuat daftar ide sebanyak mungkin, lalu memberikan ranking prioritas.
Dua ide utama yang terpilih:
Gambar [10] — sketsa tangan, model 3D, dan foto hasil desain.
Prototyping (Membuat Prototipe)
Tahap akhir adalah merealisasikan ide ke dalam bentuk nyata melalui proses prototyping. Pada hari pelaksanaan workshop, ide terbaik yang diajukan Kadmiya Craft diwujudkan dalam bentuk prototipe resolusi rendah menggunakan material PLA+ melalui teknologi 3D printing. Proses prototyping ini merupakan puncak dari rangkaian tahapan design thinking, dan melibatkan kesiapan teknis sejak sebelum hari-H.
Rangkaian aktivitas prototyping:
Dari Teknologi ke Smart Logistics: Peran Teknik Industri (Kampus Cirebon) ITB
Program Studi Teknik Industri (Kampus Cirebon) hadir sebagai bagian dari komitmen strategis ITB untuk memperluas akses pendidikan tinggi berbasis STEM dan membangun simpul inovasi baru melalui skema multi kampus. Di tengah tantangan rendahnya angka partisipasi pendidikan tinggi di luar kota besar dan kebutuhan tenaga kerja terampil berbasis teknologi, ITB Cirebon mengambil peran nyata dalam menyiapkan generasi muda dengan kompetensi teknik yang membumi dan aplikatif.
Teknik Industri (Kampus Cirebon) atau disingkat TIC tidak hanya hadir sebagai institusi pendidikan, tetapi juga sebagai penggerak transformasi teknologi tepat guna, khususnya bagi pelaku industri kecil dan menengah (IKM) di wilayah Cirebon dan sekitarnya. Salah satu perwujudan konkret dari peran ini ditunjukkan melalui kegiatan pengabdian masyarakat yang memanfaatkan tiga teknologi inti dalam additive manufacturing dan digital fabrication—yang murah, ringkas, dan mudah diadopsi oleh pelaku IKM, yaitu:
Melalui pengenalan dan praktik langsung penggunaan ketiga mesin ini, mahasiswa dan pelaku IKM belajar bersama. Mahasiswa mengasah keterampilan teknis, problem solving, serta komunikasi lintas latar. Sementara itu, IKM memperoleh solusi konkret terhadap hambatan produksi sehari-hari yang sebelumnya sulit diatasi dengan alat konvensional.
Lebih dari sekadar alat bantu, ketiga teknologi ini mencerminkan pendekatan khas Teknik Industri ITB Cirebon: teknologi yang membumi, mudah diakses, dan langsung berdampak. Bahkan, dalam kegiatan workshop yang dirancang sebagai pintu masuk kolaborasi jangka panjang, TIC tidak hanya memperkenalkan teknologi, tetapi juga membangun pemahaman design thinking, mendorong eksplorasi ide awal tanpa tekanan, serta memperkuat jejaring inovasi kampus–IKM berbasis kebutuhan nyata.
Sebagai penguatan dari aspek teknologi produksi, TIC juga mulai mengintegrasikan konsep smart logistics—yakni pemanfaatan data, teknologi, dan sistem informasi untuk menyederhanakan rantai pasok produksi skala kecil. Konsep ini sangat relevan di wilayah seperti Cirebon yang memiliki keunikan geografis (pantura, pelabuhan, sentra kerajinan), namun masih menghadapi keterbatasan distribusi bahan baku dan akses pasar. Mahasiswa diajak untuk melihat logistik bukan hanya dari sisi transportasi, tetapi juga penyimpanan bahan, alur kerja produksi, dan strategi pengiriman sederhana yang bisa dioptimalkan di sektor kerajinan.
Sebagai bagian dari pengembangan multi kampus ITB, Kampus Cirebon menjawab tantangan rendahnya proporsi tenaga kerja terampil nasional, sekaligus memperluas jangkauan pendidikan teknik ke daerah. Dengan kultur akademik yang terinspirasi dari Kampus Ganesha, dan pendekatan yang terjun langsung ke lapangan, Teknik Industri (Kampus Cirebon) menjadi salah satu simpul strategis dalam misi membangun masa depan Indonesia yang kompetitif—berbasis keunggulan lokal dan penguasaan teknologi.