Masalah Kepulauan Sula, Pelosok Luar Jawa
Wilayah pelosok seperti Kepulauan Sula mendapatkan nasib buruk akibat ketidakmerataan pembangunan dan perekonomian di Indonesia. Bagi Kepulauan Sula, konsep inklusivitas dalam pembangunan tidak tercapai dengan baik akibat fokus nasional yang hanya memperhatikan pulau Jawa. Ini berimplikasi pada kesejahteraan masyarakat Kepulauan Sula, khususnya kesempatan berekonomi yang tidak sebaik daerah-daerah di Pulau Jawa dan sekitarnya. Selain itu, pelik yang dirasakan Kepulauan Sula menjadi daerah pelosok semakin nyata dengan minimnya pembangunan dan penyediaan infrastruktur pelayanan masyarakat. Pada akhirnya, seolah Kepulauan Sula dipaksa untuk bertahan hidup sendiri tanpa adanya peranan signifikan dari pemerintah pusat.
Sejatinya ketimpangan pembangunan bagi Kepulauan Sula didasari oleh sulitnya akses distribusi barang dan mobilisasi manusia. Terlebih Kepulauan Sula juga memiliki jarak yang relatif jauh terhadap motor pergerakan nasional, yakni pulau Jawa. Proses pemindahan barang maupun sumber daya manusia akan dihadapkan dengan tantangan mahalnya biaya. Peningkatan ekonomi yang mungkin dihasilkan dari pembangunan infrastruktur sarana dan prasarana belum tentu sepadan dengan modal anggaran yang harus dikeluarkan. Nilai keefektifan dan efisiensi menjadi alasan utama bagi pemerintah pusat merencanakan dan mengalokasikan pembangunan di Kepulauan Sula. Tak sebatas itu, sukarnya kemajuan Kepulauan Sula juga disebabkan oleh buruknya efisiensi transportasi dari dan menuju Kepulauan Sula. Pilihan bermigrasi hanya terbatas pada moda udara dan kapal laut. Kedua pilihan ini memberikan pilihan buruk antara mahalnya biaya uang atau mahalnya biaya waktu.
Potensi Kepulauan Sula sebagai Pariwisata dan Perdagangan
1. Tanjung Waka, Fatkauyon
Tanjung Waka merupakan salah satu wisata bahari unggulan di Kabupaten Kepulauan Sula yang terletak di desa Fatkauyon, Kecamatan Sulabesi Timur. Kenampakan alam Tanjung Waka berbeda dengan kebanyakan pantai pada umumnya, yakni berupa pantai berpasir putih halus dengan kemiringan bibir pantai yang landai hingga puluhan meter menuju lautan lepas. Kemiringan lereng pantai yang landai ini memungkinkan wisatawan untuk menikmati keindahan laut hingga jarak puluhan meter dengan rasa aman. Suasana alam yang masih terjaga ditandai dengan pohon-pohon yang masih rindang menambah keindahan pesisir Pantai Waka. Alam bawah lautnya juga menawarkan keindahan tersendiri bagi pecinta aktivitas diving dan snorkeling.
Pantai Tanjung Waka, destinasi yang rupanya tidak hanya mengandalkan keindahan alam untuk memanjakan mata para turis. Pengalaman berpariwisata semakin diindahkan dan dimeriahkan oleh adanya Festival Tanjung Waka, yakni parade seni dan kebudayaan adat masyarakat Kepulauan Sula. Festival Tanjung Waka diselenggarakan setiap tahunnya dengan menampilkan tarian khas berdasarkan elemen-elemen bahari dan agrikultur sebagai bentuk pesan mengenai pentingnya keseimbangan alam. Selama beberapa tahun ke belakang, Festival Tanjung Waka rupanya telah mendapatkan atensi yang meriah dari berbagai kalangan, bahkan hingga pelancong mancanegara. Lebih menariknya, Festival Tanjung Waka telah mendapatkan peringkat pertama festival terbaik Anugerah Pesona Indonesia Award 2023 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Pantai Tanjung Waka tidak diragukan lagi akan keindahan dan pengalaman pariwisata yang disajikan. Sayangnya, beragam potensi dan keunggulan yang dimiliki oleh Tanjung Waka masih dihadapkan oleh beberapa tantangan dan persoalan. Beberapa pengunjung yang datang terkadang tidak mengindahkan norma kebersihan lingkungan. Terdapat beberapa sampah berserakan sebagai akibat tanda himbauan membuang sampah tidak diindahkan oleh para wisatawan. Selain itu, kelengkapan fasilitas sarana dan prasarana wisata seperti toilet, signage, tempat sampah, dan sebagainya masih menjadi perhatian untuk dikembangkan. Tidak hanya itu, akses menuju Pantai Tanjung Waka dari pusat kota harus ditempuh melalui perjalanan sekitar 2 jam dengan medan yang cukup ekstrim di beberapa titik. Kami bahkan harus menyeberangi sungai secara langsung akibat nihilnya prasarana jembatan. Selain itu, medan perjalanan akan menjadi lebih tidak mengenakkan bagi wisatawan yang takut dengan kegelapan. Sepanjang perjalanan melintasi hutan-hutan harus dilalui dengan minimnya lampu penerangan jalan.
2. Pusat Perdagangan, Falahu
Falahu adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Sanana, Kabupaten Kepulauan Sula. Desa Falahu adalah salah satu desa penting yang mendukung keberadaan Kecamatan Sanana sebagai pusat perdagangan dan bisnis Kabupaten Kepulauan Sula. Dalam berkontribusi kepada perekonomian Kepulauan Sula, Desa Falahu terkenal dengan keunggulan sektor kulinernya. Bahkan, dalam menjalankan roda ekonomi kulinernya, Desa Falahu sudah memiliki nilai plus berupa adanya kesadaran para pelaku usaha untuk melakukan diversifikasi produk. Selain itu, lokasi Desa Falahu juga cukup strategis dalam melayani pergerakan masyarakat Sula. Adanya pasar sebagai pusat perbelanjaan Kepulauan Sula di dekat Desa Falahu semakin memudahkan pelaku usaha dalam mendapatkan bahan baku pembuatan produk. Proses distribusi produk-produk kuliner Falahu juga dapat dimudahkan oleh adanya pelabuhan kapal laut.
Berbicara mengenai produk kulinernya, keberadaan industri kuliner Desa Falahu dapat dikatakan sangat beragam dan tidak membosankan bagi kami. Olahan makanan Desa Falahu mencakup makanan kering dan basah, seperti abon ikan tuna, sambal cumi, sambal roa, kue kering kenari, papeda kuah kuning, coklat kenari, dan masih banyak lagi. Keunikan dan kemeriahan jajanan kuliner Desa Falahu sudah semestinya tidak akan membiarkan perut para wisatawan kosong. Pengalaman mencicipi hidangan khas Sula tidak akan membosankan bagi siapapun yang menginjakkan kakinya di tanah Sula.
Pengembangan Kepulauan Sula melalui Kemajuan Teknologi dan Branding
Pendekatan dalam pengabdian masyarakat Kepulauan Sula kami lakukan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi digital dan mengutamakan penekanan identitas Kepulauan Sula sebagai branding. Kedua subjek ini kami analisis secara matang diikuti dengan kajian arahan kebijakan daerah dan diskusi interaktif bersama masyarakat lokal. Melalui pengabdian masyarakat ini, kami mencoba menggali potensi keunggulan Kepulauan Sula sebagai titik penekanan di dalam branding daerah. Perjalanan studi literatur dan survei mengantarkan kami kepada temuan-temuan potensi branding Kepulauan Sula, yakni produsen madu asli hutan, olahan bahari, pariwisata berbasis budaya dan kelautan. Berdasarkan pokok-pokok potensi tersebut, kami mewujudkan branding ke dalam bentuk logo, slogan, warna, dan elemen visual. Selanjutnya, tahapan yang kami lakukan adalah mengimplementasikan branding ke dalam teknologi informasi dan komunikasi. Ini dilakukan dengan menyediakan media branding dan integrasi promosi perekonomian melalui situs pikatpesonasula.com.
Isu branding kami pilih sebagai dasar pengabdian masyarakat agar perekonomian Kepulauan Sula mampu bersaing dengan wilayah-wilayah lain. Kami menekankan bahwa eksistensi Sula harus mampu menjadi daya tarik utama di mata masyarakat luar. Kepulauan Sula harus memiliki pembeda dan keunggulan yang kentara di antara daerah-daerah lain. Hal ini dapat dicapai dengan membangun identitas yang unik dan konsisten, seperti dalam hal produk barang, pariwisata, pelayanan jasa, dan sebagainya. Sebagai contoh, Bali memiliki motif kain kotak-kotak berwarna hitam putih yang amat khas di hampir setiap sudut jalanan. Kemudian terdapat Jogja yang sudah sering dikenal dengan wisata budaya keraton dan nilai-nilai Jawa yang cukup kental. Untuk itu, pengabdian masyarakat yang kami lakukan menaruh perhatian khusus kepada isu branding terutama dalam kemajuan teknologi digital.
Berbicara mengenai pemanfaatan kemajuan teknologi digital, pengabdian masyarakat pada kesempatan ini berangkat dari keresahan kami terhadap Kepulauan Sula yang seakan terisolasi dari dunia luar. Terbatasnya aksesibilitas Sula dalam konstelasi Indonesia tentunya sukar diperbaiki dengan pembangunan infrastruktur sarana prasarana transportasi. Hal paling mungkin bagi kami untuk membantu meluaskan jaringan akses Kepulauan Sula adalah dengan memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi dan informasi. Harapan kami melalui pengembangan berbasis digitalisasi ini adalah tersampaikannya potensi-potensi Sula kepada khalayak yang lebih luas. Selain itu dengan memanfaatkan kecanggihan internet, intensitas transaksi perdagangan Kepulauan Sula juga diharapkan mengalami peningkatan, khususnya perdagangan ekspor ke daerah-daerah lain.
Tantangan: Infrastruktur dan Literasi Digital
Pengembangan industri kreatif dan pariwisata berbasis digital tentunya harus diiringi dengan keberadaan infrastruktur jaringan internet yang memadai. Sayangnya, Kabupaten Kepulauan Sula berada di wilayah dengan jangkauan sinyal internet yang minim. Padahal, pengembangan yang diharapkan melalui program pengabdian masyarakat ini dapat diimplementasikan secara keseluruhan Kabupaten Kepulauan Sula. Terlebih lagi sangat disayangkan apabila Tanjung Waka yang seharusnya menjadi potensi pembangunan perekonomian malah tidak dapat dikembangkan secara maksimal melalui pengabdian masyarakat ini.