Belum lama ini, kita membaca berita kemacetan yang melumpuhkan lalu lintas sekitar pelabuhan di Jakarta yang antara lain disebabkan kepadatan aktivitas bongkar muat. Bagaimanapun, pelabuhan adalah pintu gerbang perdagangan global dan memiliki tantangan kepadatan lalu lintas logistik yang terus meningkat. Teknologi automasi Automated Guided Vehicle Combine Terminal Tractor (AGV CTT) menjadi solusi yang inovatif dan efisien.
Teknologi inovatif yang diluncurkan di Terminal Peti Kemas Teluk Lamong, Surabaya beberapa waktu lalu ini merupakan hasil kolaborasi riset antara Institut Teknologi Bandung (ITB), Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), PT Pelindo, PT INKA, PT Pelindo Terminal Petikemas, PT Pelindo Terminal Petikemas Teluk Lamong, PT Pelindo Jasa Maritim Bima, dan PT Cinovasi.
Tim peneliti ITB yang terlibat dalam pengembangan AGV CTT, yakni Prof. Dr.-Ing. Ir. Yul Yunazwin Nazaruddin, M.Sc., DIC., IPM., sebagai ketua, dan Augie Widyotriatmo, S.T., M.T., Ph.D., sebagai anggota. Penelitian mengenai teknologi automasi ini juga dibantu oleh tiga asisten peneliti dari ITB.
AGV CTT adalah kendaraan otomatis yang dirancang untuk mempermudah dan mempercepat proses bongkar muat peti kemas di terminal peti kemas. Kendaraan ini dapat mengangkut dan menempatkan peti kemas dari dan ke kapal tanpa bantuan manusia.
Teknologi karya anak bangsa ini dilengkapi dengan sistem navigasi yang canggih dan deteksi objek sensitif yang memungkinkan manuver dengan tingkat presisi tinggi. Kemampuan ini menjadikan AGV CTT sebagai solusi bagi berbagai tantangan di sektor pelabuhan, seperti kepadatan lalu lintas logistik, ketepatan waktu pengiriman, dan tingginya biaya operasional.
Dengan pengoperasian otomatis, waktu dan biaya bongkar muat dapat dihemat secara signifikan. Hal ini juga berdampak langsung terhadap peningkatan produktivitas dan efisiensi operasional pelabuhan.
Navigasi dan keselamatan canggih
Dalam operasinya, teknologi AGV CTT dibekali ground control system agar dapat dipantau dan dikontrol dengan mudah dari jauh. Kendaraan ini pun dilengkapi sistem keselamatan yang canggih.
Salah satu keunggulan AGV CTT adalah kemampuannya untuk melakukan pergerakan dan docking dengan akurasi tinggi. Proses pemindahan kontainer membutuhkan presisi dalam posisi dan kecepatan, yang sebelumnya hanya bisa dilakukan oleh operator berpengalaman. Kini, semua itu bisa dijalankan oleh sistem automasi dengan algoritma kendali yang cermat.
Dengan dukungan sensor depth camera, kendaraan mampu memetakan lingkungan secara tiga dimensi dan mengenali objek di sekitarnya berkat teknologi Lidar (light detection and ranging) dalam pemindaian area sekitar untuk navigasi dan penghindaran tabrakan.
Lidar merupakan teknologi pengindraan jarak jauh yang menggunakan cahaya laser untuk mengukur jarak dan membuat model 3D dari suatu objek atau area. Selain itu, sensor ultrasonik ditambahkan untuk memberikan lapisan keamanan tambahan terhadap objek-objek kecil atau tidak terdeteksi oleh sensor optik.
Docking otomatis menggunakan algoritma dan sensor yang dapat mengatur AGV CTT agar dapat berhenti tepat di posisi yang diinginkan serta mengatur ketinggian dan sudut sasis truk agar sesuai dengan docking station. PLC (programmable logic controller) digunakan untuk mengatur logika pergerakan kendaraan, seperti akselerasi, pengereman, belokan, serta proses docking dengan kontainer.
PLC adalah komputer khusus yang digunakan dalam otomatisasi industri untuk mengendalikan mesin dan proses. PLC merupakan sistem berbasis mikroprosesor yang menggunakan logika yang dapat diprogram untuk mengendalikan berbagai jenis mesin dan peralatan.
Melalui perangkat komputer kecil (mini personal computer) yang berperan sebagai otak kendaraan dikoordinasikan semua sensor, menjalankan algoritma navigasi, serta mengatur komunikasi data dengan sistem pusat.
Seluruh sistem ini tidak hanya terintegrasi secara fisik, tetapi juga dapat diakses dan dikendalikan melalui antarmuka pengguna berbasis web. Operator dapat memantau pergerakan AGV, status kesehatan sistem, riwayat operasi, dan melakukan intervensi jika diperlukan.
Solusi sistemik
Dengan keberhasilan implementasi di Pelabuhan Peti Kemas Teluk Lamong, diharapkan teknologi ini bisa direplikasi di pelabuhan lain di seluruh Indonesia. Penerapan teknologi ini bukan hanya menciptakan standar baru dalam operasional pelabuhan, tetapi juga membuka lapangan kerja baru di bidang pengembangan, produksi, dan pemeliharaan teknologi kendaraan otomatis.
Sebagai negara kepulauan dengan arus perdagangan laut yang sangat tinggi, Indonesia sangat memerlukan inovasi semacam ini. Pelabuhan sebagai pintu gerbang ekspor-impor memainkan peran vital dalam memastikan barang sampai tepat waktu dengan biaya yang kompetitif.
Kehadiran AGV CTT tidak hanya penting bagi efisiensi pelabuhan, tetapi juga bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan mempercepat arus barang, mengurangi biaya logistik, dan meningkatkan produktivitas, AGV CTT menjadi bagian dari solusi sistemik terhadap persoalan klasik dalam logistik Indonesia.
AGV CTT menjadi salah satu tonggak menuju implementasi smart port atau pelabuhan pintar di Indonesia. Pelabuhan masa depan bukan hanya tempat bongkar muat, tetapi juga pusat data, integrasi sistem logistik, serta pengelolaan transportasi yang adaptif dan efisien. Dengan menerapkan teknologi seperti AGV, pelabuhan dapat menjadi bagian dari ekosistem digital yang mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
Selain aspek teknologi, AGV juga mendukung prinsip keberlanjutan. Dengan sistem elektrik dan otomatis, kendaraan ini menghasilkan emisi yang jauh lebih rendah dibandingkan truk berbahan bakar konvensional. Hal ini sejalan dengan komitmen global terhadap pengurangan emisi karbon dan pembangunan berkelanjutan.
AGV CTT bukan hanya menghadirkan efisiensi, tetapi juga menciptakan paradigma baru dalam pengelolaan pelabuhan. Sistem ini membuka peluang untuk integrasi lebih lanjut dengan sistem logistik nasional, seperti pelacakan barang secara real-time, optimasi rute, hingga pengelolaan armada otomatis secara terpusat.
Peluncuran AGV CTT membuktikan bahwa inovasi teknologi dari perguruan tinggi dapat diwujudkan dalam bentuk nyata dan diterapkan langsung di industri. Model kerja sama antara ITB dan berbagai pemangku kepentingan industri merupakan contoh bagaimana riset terapan dapat mendorong perubahan konkret dalam masyarakat.
Pengembangan AGV CTT juga menunjukkan pentingnya keberanian untuk merintis solusi baru dan tidak bergantung pada teknologi impor. Dengan kemampuan rekayasa dalam negeri, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi pusat inovasi transportasi dan logistik di kawasan Asia Tenggara.
AGV CTT adalah tonggak penting menuju era automasi transportasi dan efisiensi logistik yang lebih tinggi. Ini adalah langkah besar yang membuka jalan bagi berbagai inovasi lain di masa depan. Jika terus didukung, teknologi seperti ini dapat menjadikan Indonesia sebagai pemimpin dalam automasi pelabuhan dan logistik berbasis teknologi.
“AGV CTT merupakan wujud komitmen ITB untuk berkontribusi pada peningkatan efisiensi dan produktivitas logistik di Indonesia, khususnya saat ini di sektor pelabuhan. Diperlukan solusi yang inovatif dan efisien. Teknologi otomatisasi AGV CTT menjadi solusi dari tantangan itu,” papar Prof. Yul Yunazwin Nazarudin.
Dalam jangka panjang, Prof. Yul Yunazwin berharap kolaborasi dengan mitra industri, institusi riset, dan pemerintah dapat terus berlanjut. Dengan adanya sinergi tersebut, pertukaran pengetahuan dan sumber daya akan lebih efektif dalam mendorong pengembangan dan penerapan teknologi otonom secara lebih luas.
Tim peneliti yakin bahwa AGV CTT memiliki potensi besar untuk terus berkembang dan memberikan dampak yang signifikan dalam industri transportasi dan logistik di masa mendatang.
Dikutip dari itb.ac.id, Prof. Yul Yunazwin mengatakan, tim peneliti melihat potensi pengembangan dan penerapan lanjutan dari AGV CTT ini. Hal itu meliputi peningkatan fungsionalitas seperti penambahan fitur-fitur baru yang dapat meningkatkan efisiensi, keamanan, dan kinerja operasional secara keseluruhan.
“Ke depannya, AGV CTT pun memungkinkan diiintegrasikan dengan sistem AI yang lebih canggih, pengembangan algoritma navigasi yang lebih cerdas, atau peningkatan kemampuan manuver di lingkungan terminal yang kompleks,” lanjutnya.
Selain itu, potensi lainnya adalah ekspansi ke aplikasi lain. Selain aplikasi di terminal, tim peneliti melihat potensi untuk mengembangkan AGV CTT untuk digunakan dalam konteks logistik dan distribusi lainnya, seperti gudang atau pusat distribusi. Hal ini akan memperluas potensi pasar dan memungkinkan AGV CTT untuk memberikan dampak yang lebih luas dalam rantai pasok secara keseluruhan.
Penelitian lanjutan juga direncanakan, termasuk di antaranya pengembangan sensor yang lebih canggih, eksplorasi sistem keamanan untuk kendaraan otonom, serta studi tentang interaksi antara AGV CTT dan elemen-elemen lingkungan pelabuhan. Aspek-aspek ini akan memperkuat kinerja sistem dan meminimalkan risiko selama operasional.*
Peluncuran AGV CTT di Terminal Peti Kemas Teluk Lamong menunjukkan bahwa inovasi teknologi anak bangsa memiliki potensi besar dalam menjawab tantangan logistik nasional. Namun, agar keberhasilan ini berkelanjutan dan berdampak luas, diperlukan dukungan menyeluruh dari berbagai pihak dengan perannya masing-masing.
Berikut ini beberapa isu penting dan langkah yang dapat dilakukan bersama:
1. Dukungan Pemerintah Daerah (Pemda) dan Pusat
2. Peran Dunia Pendidikan dan Penelitian
3. Partisipasi Masyarakat Umum dan Komunitas Teknologi
4. Sinergi dengan Industri dan Pelaku Bisnis
5. Penguatan Ekosistem Inovasi Teknologi Nasional
6. Perluasan Manfaat ke Sektor Lain
7. Tantangan yang Perlu Diantisipasi