Meningkatkan Kualitas Hidup Lansia

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mengklasifikasikan lanjut usia ke dalam kelompok usia 60-74 tahun. Usia lanjut merupakan tahap akhir dari perkembangan daur kehidupan manusia. Seiring dengan pembangunan berkelanjutan, jumlah dan proporsi penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia terus meningkat. Sejak tahun 2021, Indonesia telah memasuki fase populasi menua (ageing population). Berdasarkan Data Susenas Maret 2023, lansia mencakup 11,75% dari total penduduk Indonesia, dan angka ini diprediksi akan terus bertambah hingga mencapai 41 juta orang atau sekitar 15,8% pada tahun 2035. Peningkatan jumlah lansia dapat menjadi keuntungan apabila mereka tetap sehat, aktif, dan produktif. Fenomena ini juga berkaitan dengan bonus demografi, yaitu kondisi jumlah penduduk usia produktif lebih banyak dibandingkan dengan usia nonproduktif. Dalam hal ini, pertumbuhan populasi lansia di Indonesia berpotensi menjadi bonus demografi kedua. Sustainable Development Goals (SDGs) 2023, khususnya tujuan ke-3, menekankan pentingnya menjamin kehidupan yang sehat serta meningkatkan kesejahteraan bagi semua kelompok usia.

Data menunjukkan bahwa sekitar 25% lansia mengalami kondisi renta (frail) akibat penyakit degeneratif, kecelakaan, trauma, atau disabilitas. Jika kondisi ini tidak ditangani, dapat menyebabkan disabilitas yang memerlukan perawatan jangka panjang. Lansia dalam kondisi demikian umumnya tidak mampu merawat dirinya sendiri dan membutuhkan bantuan dari seorang caregiver. Caregiver adalah individu yang telah mendapatkan pelatihan atau pendidikan untuk membantu/mendampingi sebagian atau sepenuhnya orang-orang yang mengalami keterbatasan fisik dan/atau mental, baik secara formal maupun informal. Caregiver yang berasal dari keluarga, relawan, atau kader yang mendampingi lansia disebut sebagai caregiver informal, sedangkan caregiver yang secara khusus merawat lansia dikenal sebagai caregiver lansia. Anggota keluarga pada umumnya merupakan caregiver yang memiliki peran paling signifikan karena hubungan kedekatannya dengan orang yang sedang dirawat dan memiliki banyak informasi penting yang dapat membantu dalam pengobatan. Pendampingan yang dilakukan mencakup dimulai dari membantu dalam hal pengobatan sampai pada hal sesederhana membantu dalam keperluan sehari-sehari seperti mengganti pakaian ataupun membantu mobilisasi pasien.

Di Indonesia, nilai-nilai budaya dan ajaran agama mengharuskan anak untuk berbakti kepada orang tuanya, termasuk dalam hal merawat serta memberikan dukungan bagi lansia. Anak masih dianggap sebagai sandaran utama, baik dalam aspek ekonomi maupun kesehatan, karena mereka adalah individu terdekat yang dapat membantu orang tua. Kehadiran serta dukungan dari keluarga membuat lansia merasa diperhatikan, yang pada akhirnya meningkatkan kebahagiaan dan kesejahteraan mental mereka.

Kesepakatan Negara Anggota WHO SEARO mengenai Regional Strategy for Healthy Ageing periode 2013–2018 mengharuskan setiap negara anggota, termasuk Indonesia, untuk membangun sistem layanan perawatan jangka panjang (long-term care) bagi lansia, yang didukung oleh tenaga profesional maupun informal yang terpercaya. Global Strategy and Action Plan on Ageing and Health 2016–2020 serta Decade of Healthy Ageing (2020–2030) juga menetapkan layanan perawatan jangka panjang yang melibatkan tenaga kesehatan dan caregiver terlatih sebagai salah satu tujuan strategisnya. Dalam hal ini, caregiver dari keluarga memiliki peran krusial dalam memberikan perawatan harian bagi lansia di rumah, sehingga diperlukan edukasi dan pelatihan keterampilan untuk meningkatkan kualitas perawatan yang mereka berikan. Oleh karenanya sebagai bentuk kepedulian dan kewajiban sebagai akademisi sangat tergerak secara moral untuk melakukan pendampingan kepada caregiver keluarga untuk pasien lansia. Kota Makassar dipilih menjadi lokus untuk kegiatan pengabdian Masyarakat ini, hal ini karena Kota Makassar merupakan salah satu kota di Indonesia yang masuk dalam tujuh besar ageing population (Gambar 1), dan caregiver dari keluarga banyak ditemukan di Kota Makassar. Selain itu masih terdapat prinsip hidup yang masih dianut oleh Masyarakat di Kota Makassar yaitu “A'bulo Sibatang” Sebuah prinsip solidaritas dan kebersamaan. “Sipakatau” artinya memanusiakan manusia dan “Sirik na Pacce” diibaratkan satu mata uang dengan dua sisi yang saling melengkapi.

Gambar 1. Daftar Provinsi di Indonesia dengan Jumlah Lansia terbanyak berdasarkan Dukcapil tahun 2023 (Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil, 2023)

Pengabdian masyarakat dilakukan pada 24 Agustus 2024 di aula wala walaya Kecamatan Tallo, Makassar, Sulawesi Selatan dengan memberikan edukasi secara luring untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para caregiver yang diberikan oleh narasumber kompeten yaitu Dokter spesialis dengan topik sindrom geriatrik, Perawat dengan kepakaran gerontologi dengan topik perawatan lansia di rumah, apoteker dengan topik Harmoni hidup sehat, dan caregiver yang sudah berpengalaman mengurus anggota keluarga yang lansia dan sakit. Narasumber perawat juga mempraktikkan Teknik dalam pengasuhan pasien lansia di rumah.

Target dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah caregiver keluarga atau pendamping keluarga dari pasien lansia. Caregiver keluarga bertanggung jawab memberikan bantuan dalam aspek fisik, mental, sosial, budaya, dan spiritual. Selain itu, caregiver harus memiliki pengetahuan dasar mengenai pendampingan lansia yang memerlukan perawatan jangka panjang. Peran utama caregiver adalah: Mengurangi ketergantungan lansia, Mengurangi keluhan yang disebabkan oleh penyakit, Mencegah komplikasi dan kecelakaan, Mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidup lansia agar tetap optimal dan bermartabat hingga akhir hayat. Caregiver juga berperan dalam memberikan pendampingan spiritual, sesuai kepercayaan dan keinginan lansia, terutama pada fase akhir kehidupan, sehingga proses menuju akhir hayat dapat dilalui dengan tenang dan damai. Secara keseluruhan, peran caregiver sangat penting dalam mempertahankan kualitas hidup lansia, memastikan bahwa mereka mendapatkan perawatan yang holistik dan terhormat hingga akhir hayat.

Kegiatan pengabdian masyarakat diawali dengan pretest untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan peserta sebelum menerima materi edukasi. Setelah penyampaian materi dan simulasi, dilakukan posttest guna mengukur peningkatan pemahaman peserta setelah edukasi diberikan. Kuesioner yang digunakan berisi 10 pertanyaan pilihan ganda yang membahas berbagai aspek terkait caregiver dan pasien lansia. Pretest dilaksanakan sebelum sesi edukasi dimulai, sementara posttest dilakukan di akhir kegiatan. Setiap responden diberikan skor, yang kemudian dianalisis dan disajikan dalam bentuk grafik untuk melihat perkembangan pengetahuan mereka. Total peserta yang terlibat sebanyak 28 orang caregiver dengan mayoritas responden adalah perempuan sebanyak 27 orang (96,4%), sementara laki-laki hanya terdapat 1 orang (3,6%). Sebagian besar responden berada dalam kelompok usia produktif, yaitu antara 19-59 tahun (dewasa) sebanyak 26 orang (92,9%). Separuh dari responden (50%) memiliki pendidikan terakhir SMA/SMK dengan total 14 orang. Sedangkan dari aspek pekerjaan, mayoritas responden adalah Ibu Rumah Tangga, sebanyak 20 orang (71,4%) meskupun terdapat variasi pekerjaan lainnya seperti Aparatur Sipil Negara, Bidan, Kerja Kontrak, Pegawai Negeri Sipil, Pelajar, Perawat, dan Wiraswasta yang masing-masing diwakili oleh 1 responden (3,6%).

Hasil pretest menunjukkan rata-rata nilai sebesar 5,65, sedangkan rata-rata nilai posttest meningkat menjadi 6,39. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan setelah peserta menerima penyuluhan atau edukasi. Berdasarkan analisis menggunakan SPSS IBM versi 27, diperoleh p-value sebesar 0,015, yang mengindikasikan adanya perbedaan signifikan antara hasil pretest dan posttest. Temuan ini membuktikan bahwa edukasi yang diberikan berhasil meningkatkan pemahaman responden mengenai pentingnya peran caregiver keluarga dalam mendampingi lansia guna meningkatkan kualitas hidup mereka.

Gambar 2. Kegiatan Pengabdian Masyarakat

Lansia yang memiliki kondisi penyakit yang disebut dengan sindrom geriatrik, perlu pendampingan dari caregiver keluarga. Sindrom geriatrik merupakan kondisi kesehatan yang umum terjadi pada lansia akibat kelainan atau penurunan berbagai fungsi tubuh, tetapi sindrom ini tidak dapat dikategorikan ke dalam penyakit tertentu. Sindrom geriatrik berkaitan erat dengan disabilitas pada lansia. Keterbatasan fisik, intelektual, dan mental berangsur muncul sebagai manifestasi dari sindrom geriatrik, membuat populasi lansia menjadi rentan dan jika tidak ditangani dapat menurunkan kualitas hidup bahkan kematian. Pola asuhan lansia di rumah memiliki peran penting dalam meningkatkan pelayanan kesehatan lansia tapi dengan biaya yang relatif lebih murah. Peran di rumah utamanya yaitu :

  1. Membantu dalam keperluan pribadi seperti perawatan diri, mandi, berpakaian, dan bergerak dari satu tempat ke tempat lain seperti berpindah dari kasur menuju kursi
  2. Melakukan pekerjaan rumah yang sebelumnya dilakukan oleh pasien lansia seperti mencuci baju
  3. Menemani lansia bepergian. Jika lansia dengan kondisi pikun atau demensia, dapat menyematkan alamat atau kontak yang dapat mendorong pasien lansia untuk melakukan pemeriksaan ulang dihubungi pada kerah baju/celana, atau berupa kalung atau gelang pada lansia sebagai antisipasi jika kehilangan jejak lansia di luar rumah.
  4. Memiliki kontak Fasilitas Kesehatan (Faskes) terdekat agar jika terjadi kejadian darurat dapat segera dibawa ke faskes terdekat
  5. Memberikan motivasi
  6. Sebagai Pengawas Menelan Obat (PMO), mulai dengan mengenali obat-obat yang dikonsumsi dan memastikan pasien aman mengonsumsi obat. Pemantauan yang cermat memungkinkan untuk mendeteksi masalah atau kebutuhan tambahan selama proses pengobatan, sehingga dapat segera melaporkannya kepada tenaga medis untuk tindakan lebih lanjut. Kepatuhan terhadap regimen pengobatan sangat penting untuk keberhasilan perawatan, terutama bagi pasien lansia yang mungkin mengalami penurunan daya ingat dan memerlukan pengawasan ekstra untuk memastikan konsumsi obat yang tepat. Secara keseluruhan, peran PMO sangat vital dalam perawatan pasien lansia. Dengan dedikasi dan komitmen yang diberikan, PMO membantu memastikan bahwa pasien menerima perawatan yang sesuai, meminimalkan risiko kesalahan dalam pengobatan, dan meningkatkan kualitas hidup pasien lansia. Keberadaan PMO tidak hanya memberikan manfaat bagi pasien, tetapi juga bagi keluarga dan masyarakat, melalui penyuluhan dan dukungan yang komprehensif.

Caregiver merupakan sebuah peran yang tidak mudah untuk dijalani apalagi ketika hal tersebut baru akan dimulai. Biasanya yang menjadi caregiver adalah sosok orang tua, orang dewasa ataupun kerabat. Tugas menjadi seorang caregiver tidaklah mudah. Mungkin sekilas tampak seperti melakukan hal-hal kecil kepada orang yang disayangi, namun menjadi seorang caregiver memerlukan perhatian dan dedikasi yang besar karena tugas ini melibatkan perawatan fisik, emosi, dan mental orang lain. Tips yang dapat dilakukan untuk menjadi caregiver yang baik yaitu :

  1. Membuat daftar tugas agar tugas yang dikerjakan sesuai prioritas yang tepat
  2. Melakukan komunikasi efektif dengan lansia terkait kondisi penyakit nya dan identifikasi apakah ada masalah yang muncul dalam mengonsumsi obat
  3. Bergabung dengan komunitas sesama caregiver karena dapat membantu dalam menjalankan tugas, baik dengan mendengarkan cerita dari orang-orang yang memiliki tugas yang sama atau bahkan dapat berbagi cerita sendiri.
  4. Menjaga Kesehatan
  5. Melakukan peningkatan kapasitas misalnya dengan mengikuti penyuluhan, seminar maupun pelatihan
  6. Tetap meluangkan waktu pribadi agar selalu tetap berenergi. Istrahatkan tubuh dan pikiran untuk sementara waktu dan atur emosi dan mental

Adapun luaran dari kegiatan pengabdian masyarakat ini yaitu video kegiatan yang sudah diupload fi laman youtube DRPM ITB, publisitas di 4 media massa serta 1 buku yang sudah teregistrasi ISBN dan sudah terdaftar Hak Cipta dengan nomor permohonan EC002024186927. Buku dapat dilihat pada gambar 3. Pembuatan buku “Caregiver” dilakukan sebelum dilaksanakannya kegiatan pengabdian kepada peserta. Buku saku ini dibagikan kepada peserta dengan tujuan untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang tugas,tanggung jawab, dan keterampilan yang diperlukan oleh seorang caregiver. Buku ini memberikan wawasan yang berharga dan membantu caregiver keluarga mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk merawat dengan  penuh kasih dan rasa cinta.

Gambar 3. Buku Caregiver

62

views