Optimalisasi Pertumbuhan Tanaman Padi dengan Pupuk PGPR (Plant Growth Promoting Rhizobacteria) dari Akar Bambu untuk Pertanian yang Berkelanjutan di Dusun II, Desa Parungbateng, Kabupaten Purwakarta

Pada pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata (KKN) ITB 2024, Kelompok 12 yang berfokus pada tema pertanian berinovasi dengan menciptakan pupuk PGPR (Plant Growth-Promoting Rhizobacteria) menggunakan akar bambu sebagai bahan utama. Kegiatan ini berlangsung dari 6 hingga 27 Agustus 2024 di Dusun 2, Desa Parungbanteng, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Purwakarta.

Inisiatif ini muncul sebagai respons terhadap berbagai permasalahan pertanian di Desa Parungbanteng, seperti tingginya harga pupuk akibat akses transportasi yang terbatas dan penggunaan berlebihan pupuk kimia yang menyebabkan degradasi kualitas tanah. Kondisi ini ditandai dengan lahan pertanian yang semakin tandus dan penurunan pH tanah. Oleh karena itu, diperlukan solusi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan untuk meningkatkan hasil pertanian di desa tersebut.

Pupuk PGPR merupakan pupuk biologis yang mengandung bakteri menguntungkan yang hidup di akar tanaman. Bakteri ini berperan dalam meningkatkan ketersediaan nutrisi, memproduksi hormon pertumbuhan, dan melindungi tanaman dari patogen. Akar bambu dipilih sebagai bahan utama karena ketersediaannya yang melimpah dan kemampuannya menjadi habitat bagi bakteri rizhobacteria yang bermanfaat bagi tanaman.

Selain akar bambu, pembuatan pupuk PGPR ini juga memanfaatkan bahan tambahan seperti terasi sebagai starter untuk memicu pertumbuhan mikroba, kapur sirih untuk menetralkan pH larutan pupuk, gula sebagai sumber energi bagi mikroba, dan dedak sebagai media tumbuh bakteri. Penggunaan bahan-bahan ini menjadikan pupuk PGPR sebagai solusi yang ramah lingkungan dan terjangkau bagi petani setempat.

Proses pembuatan pupuk PGPR berlangsung selama 16 hari, terbagi dalam dua tahap: tahap pertumbuhan bakteri selama 6 hari dan tahap perbanyakan bakteri selama 10 hari. Inovasi ini diharapkan dapat mendukung pertanian berkelanjutan di wilayah tersebut. Toni, Ketua Kelompok 12 KKN ITB 2024, menyatakan bahwa program ini bertujuan mengurangi ketergantungan petani pada pupuk kimia dan meningkatkan kualitas tanah. Dengan PGPR berbasis akar bambu, diharapkan petani dapat memproduksi pupuk sendiri menggunakan bahan yang tersedia di sekitar mereka, sehingga tercipta sistem pertanian yang lebih berkelanjutan. 

Antusiasme masyarakat Desa Parungbanteng terhadap program ini sangat tinggi. Mereka terlibat aktif dalam berbagai tahap kegiatan, mulai dari pengumpulan akar bambu hingga penerapan pupuk PGPR di lahan pertanian mereka. Partisipasi aktif ini memperkuat kerja sama antara mahasiswa dan penduduk lokal, serta diharapkan mampu memberikan dampak jangka panjang bagi kemandirian pertanian di desa ini. 

Oman, Ketua Kelompok Tani Kampung Cibodas, mengungkapkan rasa terima kasihnya atas inovasi yang dikembangkan oleh mahasiswa KKN. Ia menyatakan bahwa melalui program ini, masyarakat menjadi sadar bahwa bahan alam yang melimpah di desa mereka, seperti akar bambu, dapat diolah lebih lanjut menjadi pupuk yang bermanfaat.

Melalui program pembuatan pupuk PGPR ini, diharapkan manfaat nyata dapat dirasakan oleh masyarakat Desa Parungbanteng, sekaligus mendorong pengembangan pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Dengan dukungan dan partisipasi aktif warga, langkah ini diharapkan mampu membawa perubahan positif bagi lingkungan sekitar.

 

Berita Terkait:

kumparan.com: KKN ITB 2024 : Ubah Akar Bambu Jadi Solusi Pertanian Berkelanjutan di Purwakarta

23

views