Solusi Modern untuk Industri Rotan

Tantangan Industri Rotan dalam Pengolahan dan Produksi

Industri rotan Indonesia menghadapi berbagai tantangan, terutama di sektor hulu yang masih bergantung pada metode pengolahan tradisional. Banyak petani dan pengusaha rotan mengalami kesulitan dalam memenuhi standar kualitas karena keterbatasan alat dan teknologi. Faktor ini tidak hanya menyebabkan produk rotan Indonesia sulit bersaing di pasar global, tetapi juga menghambat rantai pasok dalam negeri, sehingga industri hilir yang bergantung pada bahan baku berkualitas turut terdampak.

Salah satu masalah utama adalah metode pengolahan yang masih dilakukan secara manual dan memakan waktu lama. Teknik pengeringan konvensional seperti penjemuran di bawah sinar matahari memerlukan waktu berhari-hari hingga berminggu-minggu, tergantung pada kondisi cuaca. Ketidakstabilan proses ini berkontribusi pada ketidakkonsistenan kualitas produk akhir, yang pada akhirnya memengaruhi nilai jual rotan di pasar. Selain itu, penggunaan metode pengolahan berbasis penggorengan dengan solar atau minyak tanah, memiliki banyak keterbatasan. Selain biaya media pemanasan yang mahal, metode ini juga menimbulkan risiko bagi kesehatan pekerja serta menyebabkan pencemaran lingkungan akibat emisi asap dan limbah.

Kondisi ini semakin diperburuk oleh kurangnya akses terhadap teknologi modern dan minimnya dukungan untuk inovasi dalam industri rotan. Banyak petani kecil tidak memiliki modal yang cukup untuk berinvestasi dalam peralatan yang lebih efisien. Akibatnya, mereka cenderung bertahan dengan metode konvensional yang kurang optimal. Dalam jangka panjang, situasi ini berkontribusi pada menurunnya produksi rotan dan mendorong sebagian petani beralih ke sektor lain yang dianggap lebih menguntungkan.

Tantangan ini menegaskan perlunya terobosan teknologi yang dapat meningkatkan efisiensi pengolahan rotan tanpa mengorbankan kualitas dan keberlanjutan lingkungan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah pengembangan inovasi pengukusan rotan yang lebih efisien dan ramah lingkungan, seperti yang dikembangkan oleh tim ITB.

Solusi Teknologi: Pengukus Rotan Inovatif dari ITB

Menjawab tantangan ini, tim dosen Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) Institut Teknologi Bandung (ITB) mengembangkan inovasi alat pengukus rotan yang lebih efisien, ramah lingkungan, dan mampu meningkatkan kualitas hasil olahan rotan. Penelitian ini dipimpin oleh Poetro Lebdo Sambegoro, Ph.D., dengan kontribusi dari Prof. Ir. Ari Darmawan Pasek, Ph.D., Dr. Eng. Firman Bagja Juangsa, ST, M.Eng, Muhammad Alfatha Kurniadi, Joe Bambang, Yuven, Dito Suharnes, dan Andrafathi Cheda Saldani. Program ini diterapkan dalam pengabdian masyarakat di Sumpur Kudus, Sumatera Barat, yang dikenal sebagai penghasil rotan yang cukup produktif. Meski demikian, produktifitas rotan di daerah ini juga mengalami tantangan yang sama yaitu dari sisi pengolahan yang masih menggunakan proses tradisional.

Pengolahan rotan secara tradisional umumnya dilakukan dengan metode "goreng", termasuk di daerah ini. Proses ini melibatkan pemasakan rotan dalam sebuah tungku besar yang dimodifikasi, menggunakan media pemanasan seperti solar atau minyak tanah, bahkan campuran antara minyak diesel dengan minyak kelapa. Selain itu, bahan bakar utama yang digunakan adalah kayu bakar yang mudah dijangkau oleh warga sekitar. Kendati efektif dalam sisi praktikalitas, metode tradisional ini memiliki kendala yang cukup signifikan. Selain berbiaya tinggi akibat mahalnya media pemanasan, proses ini juga berdampak negatif pada lingkungan dan keselamatan pekerja. Proses ini juga banyak menimbulkan kecacatan pada rotan yang sudah diproses. Beberapa kerusakan yang ditimbulkan adalah perubahan warna dari rotan dan hasil akhir rotan yang terlalu kering. Terlalu keringnya rotan ini adalah akibat dari media pemanas yang bersentuhan secara langsung sehingga pengeringan rotan terjadi secara tidak merata. Salah satu konsekuensi dari fenomena ini adalah adanya keretakan pada permukaan rotan yang mengurangi kualitas rotan.

Alternatif lainnya adalah metode pengasapan yang memanfaatkan belerang atau sulfur sebagai proses pengawetan rotan atau disebut sebagai proses fumigasi. Namun, metode masih jarang dilakukan dikarenakan adanya bahan kimia yang terlibat dimana hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan lingkungan akibat dari limbahnya serta berpotensi menimbulkan bahaya bagi keselamatan kerja.

Dengan pertimbangan-pertimbangan tersebut ITB merancang dan membangun alat pengolahan rotan yang menggunakan kayu bakar sebagai sumber panas dan air sebagai sumber pemanasan utama. Air yang melimpah di kawasan ini dimanfaatkan untuk proses pengukusan dan pengeringan dengan tekanan dan temperature uap tinggi. Hasilnya, alat ini tidak hanya lebih ramah lingkungan tetapi juga lebih hemat biaya. Selain itu, alat ini juga mengurangi resiko bahaya keselamatan kerja yang dikarenakan oleh bahan kimia atau penggunaan minyak diesel dan sejenisnya. Alat ini juga dirancang untuk mudah dioperasikan oleh warga dengan juga mempertimbangkan faktor keselamatan. Selain menggunakan kayu bakar, alat ini juga dirancang untuk dapat menggunakan LPG atau bahan bakar gas yang lebih ramah lingkungan sehingga kedepannya alat ini dapat mengurangi emisi karbon.

Deskripsi Alat dan Prinsip Kerja

Alat pengukus rotan ini bertujuan untuk mengurangi kadar air (moisture content) dalam rotan guna meningkatkan daya tahan material terhadap serangan jamur dan serangga. Hal ini dapat dicapai dengan mengurangi konten air hingga dibawah level air yang dibutuhkan untuk menyokong kehidupan jamur. Selain itu, alat ini juga membantu mencegah pembusukan dan menambah kualitas rotan dari aspek kekuatan mekanikal agar lebih siap digunakan untuk produksi.

Menurut salah satu anggota tim riset ITB, teknologi ini mengadaptasi prinsip yang digunakan dalam dry kiln dan autoclave dalam industri pengolahan kayu. Dengan menggunakan uap panas, uap ini akan menyebabkan penguapan air bebas (free water) di sekitar sel dan air terikat (bound water) dalam sel tumbuhan. Proses ini juga membantu mengurangi kandungan gula dan senyawa lainnya yang dapat menarik serangga dan mempercepat pembusukan.

Proses kerja alat ini terdiri dari dua tahap utama:

1. Proses Pengukusan (Steaming)

Pada tahap ini, uap panas bertekanan 3 bar dengan suhu sekitar 160°C dialirkan ke dalam ruang pengukusan utama. Proses ini berlangsung selama 45-60 menit untuk menguapkan kandungan air bebas dalam rotan dan memodifikasi sifat strukturalnya.

2. Proses Pengeringan dengan Udara Panas

Setelah pengukusan selesai, uap dikeluarkan dari ruang utama, menuju ruang annulus concentric dan udara lingkungan dipanaskan dengan memanfaatkan perpindahan panas dari uap tersebut ke ruang utama.Udara dialirkan ke ruang utma dan dipanaskan hingga suhu mencapai 150°C untuk menghilangkan sisa kadar air dalam rotan hingga level air yang ditentukan. Udara lembab yang terbentuk dari penguapan kadar air dalam rotan dikeluarkan dari ruang utama, memungkinkan siklus pelembaban udara berulang hingga kadar air mencapai tingkat yang sesuai.

Keunggulan Alat Dibandingkan Metode Tradisional

Dibandingkan dengan metode pengolahan tradisional, inovasi alat pengukus rotan ini menawarkan berbagai keunggulan:

1. Waktu Produksi Lebih Cepat

Sebelumnya, pengolahan rotan bisa memakan waktu berhari-hari hingga berminggu-minggu. Namun, alat ini mampu mengolah sekitar 50 batang rotan hanya dalam waktu 2 jam, sehingga meningkatkan kapasitas produksi dan mempercepat rantai pasok ke industri.

2. Biaya Operasional Lebih Rendah

Berbeda dengan metode penggorengan yang menggunakan bahan bakar solar atau minyak tanah, alat ini hanya membutuhkan air dan sumber panas dari kayu bakar atau LPG. Biaya tambahan hanya mencakup konsumsi listrik untuk pompa dan kompresor, yang jauh lebih hemat.

3. Kualitas Rotan Lebih Baik

Proses pengukusan dan pengeringan ini mengurangi risiko perubahan warna dan retak yang sering terjadi akibat suhu ekstrem dalam penggorengan. Proses ini juga mengurangi degradasi material akibat paparan langsung terhadap bahan bakar dan mengurangi ketergantungan pada fumigasi kimiawi.

Tantangan dan Solusi dalam Pengembangan Alat

Pengembangan alat ini memang menghadapi beberapa tantangan, terutama ketika diuji pada skala industri yang lebih besar. Salah satu tantangan utama adalah penyesuaian parameter operasional, seperti jumlah rotan yang diproses dan durasi masing-masing tahap (pemanasan dan pengeringan) yang lebih panjang. Skala industri biasanya memerlukan pengelolaan yang lebih kompleks terkait dengan waktu dan volume bahan yang lebih besar. Oleh karena itu, untuk memastikan kualitas rotan yang konsisten, perlu dilakukan pengujian yang lebih mendalam untuk menentukan parameter yang tepat, seperti tekanan, suhu, dan durasi yang sesuai untuk berbagai skala produksi. Jika parameter tersebut tidak disesuaikan dengan benar, hasil yang diperoleh mungkin tidak memenuhi standar kualitas yang diinginkan.

Selain itu, alat ini juga harus mampu mempertahankan keefektifan dan kestabilan mesinnya dalam kondisi operasional yang lebih intens, mengingat banyaknya rotan yang harus diproses dalam waktu singkat. Oleh karena itu, penelitian lanjutan dan uji coba lapangan sangat penting untuk mengidentifikasi masalah yang mungkin muncul di dunia nyata dan memastikan bahwa alat ini dapat berfungsi secara optimal dalam kondisi industri yang lebih besar.

Pengembangan alat ini tidak hanya berfokus pada peningkatan efisiensi dan kualitas rotan, tetapi juga pada aspek keselamatan kerja yang menjadi prioritas utama. Karena proses pemanasan dan pengeringan melibatkan suhu tinggi dan tekanan yang signifikan, alat ini perlu dilengkapi dengan sistem pengamanan yang memadai untuk menghindari risiko kecelakaan yang dapat membahayakan operator atau pekerja yang terlibat dalam proses tersebut. Misalnya, pengawasan otomatis terhadap suhu dan tekanan, serta mekanisme katup keselamatan jika kondisi melebihi batas tekanan yang ditentukan, dapat menjadi solusi untuk meningkatkan keselamatan. Selain itu, pelatihan untuk pengguna alat dan prosedur kerja yang aman juga sangat penting untuk mengurangi potensi kecelakaan di tempat kerja.

Dengan melakukan penelitian lebih lanjut dan uji coba yang lebih mendalam di lapangan, diharapkan alat ini dapat diterima secara luas di industri rotan Indonesia dan meyakinkan para pelaku usaha bahwa alat ini adalah solusi yang efektif, efisien, dan aman sebagai substitusi dari metode tradisional yang selama ini digunakan.

Peran ITB dalam Kebangkitan Industri Rotan Indonesia

Inovasi yang dikembangkan oleh ITB dalam alat pengukus rotan menunjukkan pentingnya peran teknologi dalam mendukung industri rotan Indonesia. Alat ini tidak hanya meningkatkan kualitas rotan, tetapi juga berkontribusi pada pelestarian lingkungan dengan mengurangi ketergantungan pada metode pengolahan yang kurang ramah lingkungan serta memakan waktu yang lama. Alat ini juga memberikan ilmu baru mengenai pengolahan rotan yang disertai teknologi dan berbasis riset agar peningkatan kualitas dapat terus dilakukan. Dengan adanya basis data yang terkuantifikasi dalam pengolahan rotan, petani rotan dapat lebih leluasa dalam menentukan harga yang bersaing. Selain itu, alat ini memberikan akses kepada para petani rotan terhadap pengolahan yang lebih baik agar mampu terlepas dari ketergantungan terhadap pihak ketiga dengan adanya peningkatan kualitas rotan yang kini sedang dibutuhkan oleh industri produksi kerajinan dan mebel rotan.

Dengan teknologi yang mengoptimalkan suhu, tekanan, dan waktu, kualitas rotan menjadi lebih stabil, mengurangi kerusakan dan risiko pembusukan. Keunggulan ini diharapkan dapat mendorong kebangkitan industri rotan Indonesia, meningkatkan produktivitas dan daya saing produk rotan di pasar global. Selain itu, implementasi teknologi ini dapat membuka peluang baru bagi industri kreatif berbasis rotan, meningkatkan inovasi desain produk, dan mendukung pertumbuhan ekonomi lokal. Dukungan dari pemerintah, akademisi, dan sektor swasta sangat dibutuhkan untuk memastikan keberlanjutan inovasi ini dalam skala industri yang lebih luas. Dengan demikian, pengolahan rotan berbasis teknologi dapat menjadi pilar utama dalam mengembangkan industri rotan Indonesia yang lebih modern dan berdaya saing tinggi.

118

views