Widodo
Pembangunan kawasan perbatasan dengan negara tetangga selama ini belum mendapatkan perhatian yang serius, hal ini disebabkan adanya pandangan bahwa perbatasan dengan negara lain sebagai wilayah terluar dari negara. Kawasan perbatasan tentunya mempunyai kekayaan alam yang sangat tinggi, baik dari kayu, bahan tambang maupun sumber daya alam lainnya. Dengan adanya kekayaan alam yang melimpah serta pemerataan pembangunan, sudah selayaknya di daerah terluar atau perbatasan dengan negara lain perlu mendapatkan perhatian yang sama dengan wilayah lainnya, baik dalam sektor infrastrutur, pendidikan maupun juga kesehatan.
Nusa Tenggara Timur (NTT) yang merupakan wilayah berbatasan Republik Indonesia (RI) langsung dengan Negara Timor Leste sebagai wilayah lingkar 5. Provinsi ini memiliki ibu kota di Kota Kupang dan memiliki 22 kabupaten/kota. Di saat daerah lainnya telah diguyur hujan, beberapa wilayah di Provinsi NTT mengalami kekeringan ekstrem panjang, salah satunya Kabupaten Timor Selatan. Untuk mengatasi permasalahan di atas, maka diperlukan penanganan secara langsung untuk penanggulangan krisis air bersih. Berkaitan dengan hal tersebut diperlukan aplikasi teknologi tepat guna untuk memperoleh air bersih, yaitu dengan teknologi geofisika yang memanfaatkan sifat fisik batuan di bawah permukaan untuk menentukan letak dari akuifer air tanah. Sedangkan solusi kedua yaitu bersama masyarakat melakukan instalasi penyaringan air sungai dengan memanfaatkan komponen atau material yang ada di daerah pengabdian. Sistem ini menggunakan penyaringan teknologi river reacharge flow yaitu mengalirkan air sungai ke permukaan dan air bersih diperoleh dari saringan yang dimodifikasi sedimikian rupa. Sistem ini akan bekerja secara otomatis dengan memanfaatkan sistem radar dan menggunakan kolam penampungan. Dengan sistem ini masyarakat akan mudah dalam melakukan perawatan dan dapat menghasilkan air bersih 100 m3 – 300 m3 per hari. Solusi ketersediaan air bersih ini akan melibatkan secara langsung masayarakat yang ada di daerah pengabdian baik dalam eksplorasi air bersih maupun pembuatan kolam penampungan, dengan melibatkan setidaknya 75 orang untuk pemberdayaan masyarakat di wilayah pengabdian.
Pengabdian ini akan dilakukan dalam jangka waktu dua tahun, dengan output luaran baik publikasi di media masa maupun HAKI untuk program pengabdian dengan teknologi tepat guna ini dapat menjadi solusi permasalahan rawan air bersih yang dihadapi masyarakat sekitar di daerah perbatasan dengan negara Timor Leste, Desa Kesetnana, Kecamatan Mollo Selatan, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), NTT.
Melakukan survei geofisika untuk menentukan letak aquifer; Penentuan letak aquifer air tanah
Krisis air bersih di desa Kesetnana, Kecamatan Mollo Selatan, Soe, NTT memiliki dampak buruk pada kesehatan masyarakat. Desa Kesetnana mewakili 278 desa lainnya di Kabupaten Timor Tengah Selatan yang juga mengalami prevalensi stunting yang tinggi. Menurut Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021, angka prevalensi stunting di Kabupaten Timor Tengah Selatan mencapai 48,3%, yang merupakan yang tertinggi di NTT dan bahkan di seluruh Indonesia. Mayoritas suplai air bersih di daerah tersebut berasal dari air tanah, namun kekeringan dan kondisi geologis yang memerlukan waktu yang sangat lama dalam pembentukan akuifer membuat air bersih menjadi sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. Ditambah lagi dengan keberadaan air bersih yang ditomapang Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) yang keluar 1 atau 2 kali dalam seminggu, sehingga kondisi ini mengakibatkan pasokan air bersih sangat kurang. Setidaknya hanya sekitar 10 % dari rumah warga yang berlangganan air bersih dari PDAM, selebihnya mereka melakukan Mandi dan Cuci di mata air satu-satunya (sendang) di Desa Kesetnana tersebut. Air adalah elemen penting yang menopang kehidupan manusia, ekonomi, dan ekologi. Air tanah, yang menyusun bagian dari siklus hidrologi, di simpan di akuifer bawah permukaan tanah dan bergerak perlahan melalui formasi geologi. Air di akuifer dapat bertahan hingga ribuan tahun. Kualitas dan aliran air tanah dikendalikan oleh faktor seperti jenis tanah, formasi geologi, kemiringan lereng, bentuk curah hujan, dan keterkaitan di antaranya.Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan penanganan yang langsung dengan menemukan sumber air bersih. Metode geofisika, yaitu pengukuran beda potensial dari lapisan batuan, dapat digunakan untuk menemukan letak dari lapisan aquifer air tanah. Kemudian, eksploitasi atau pemboran dilakukan untuk menghasilkan air tanah. Institusi Teknologi Bandung (ITB) melalui program pengabdian untuk menangani krisis air bersih di daerah 3T, Desa Kesetnana dengan memanfaatkan teknologi tepat guna. Perguruan tinggi harus memberikan kontribusi terhadap penanggulangan bencana krisis air bersih di daerah NTT dengan memberikan aplikasi teknologi dan ilmu pengetahuan. Kontribusi ini akan memberikan akselerasi kualitas dan kuantitas kemajuan desa di berbagai bidang (sosial, ekonomi, pendidikan, pertanian maupun kesehatan) dengan partisipasi masyarakat. Tentunya untuk pengembangan keilmuan pada KK GTE di Teknik Geofisika ITB, kegiatan ini sangat bermanfaat.Dalam rangka mendukung kebijakan pemerintah untuk mempercepat pembangunan ekonomi desa dengan fokus pada infrastruktur, terutama dalam hal penyediaan air bersih, Perguruan Tinggi perlu turut berkontribusi dengan menerapkan sains dan teknologi, model kebijakan, serta rekayasa sosial berbasis riset. Salah satu contohnya adalah dengan memanfaatkan teknologi geofisika dalam eksplorasi sumber daya alam dan infrastruktur di desa. Teknologi geofisika merupakan teknologi tepat guna yang dapat diaplikasikan di berbagai wilayah, termasuk desa. Salah satu metode geofisika yang dapat digunakan adalah metode geolistrik yang dapat digunakan untuk mengukur jenis dan kedalaman batuan serta tanah di bawah permukaan untuk menentukan letak dari akuifer air tanah.