Syafrizal
"Pasir kuarsa merupakan komoditi mineral bukan logam yang mengandung silikon. Berdasarkan data PSDMBP tahun 2018 tentang neraca mineral bukan logam, Indonesia memiliki potensi sumber daya pasir kuarsa sebesar 24 Milyar ton yang tersebar hampir di seluruh wilayah Indonesia. Namun, meskipun Indonesia memiliki potensi besar untuk bahan baku panel surya, hal tersebut belum membuat industri panel surya di Indonesia cukup berkembang. Tingkat kemurnian yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan sebagai bahan dasar panel surya adalah lebih dari 99 %, dimana unsur pengotornya terdiri dari Fe, Ti, Al, dan lain-lain. Berdasarkan penelitian sebelumnya (Widhiyatna dkk, 2006; Prayogo dan Budiman, 2009), wilayah Bangka Belitung dan Kalimantan Tengah memiliki kandungan silika yang cukup tinggi (>97%). Jika dibandingkan dengan Diatreme’s Galalar Silica Project (Diatreme’s Corporate Presentation, 2020), sebagai perusahaan yang menghasilkan kandungan silika paling murni di dunia, untuk menghasilkan silikon dengan kualitas tinggi maka diperlukan umpan pasir kuarsa dengan tingkat kemurnian > 99,7% dan mengandung Iron oxide (Fe) yang sangat kecil (< 100 ppm). Selain itu, spesifikasi yang dapat mengurangi konsumsi energi listrik dalam proses pemisahan silikon dari pengotornya yaitu diperlukan umpan pasir kuarsa yang mengandung unsur Aluminium oxide (Al) < 1000 ppm, Titanium dioxide (Ti) < 400 ppm, dan distribusi ukuran partikel pada 109 – 700 µm (98% partikel pada ukuran 24 – 140 mesh). Oleh karena itu, untuk membantu pengembangan industri hulu energi surya di Indonesia dan mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor solar cell, maka perlu adanya kegiatan pendataan terhadap kandungan atau tingkat kemurnian silika dari wilayah penambangan pasir kuarsa di Bangka Belitung dan Kalimantan Tengah. Dari hasil kegiatan ini diketahui bahwa sampel pasir kuarsa di daerah Bangka memiliki kandungan silicon dioxide 69,817%–95,604%, iron oxide 11294,63–18014,22 ppm, titanium oxide 131,78–417,03 ppm, dan alumunium oxide 2645,3–17213,35 ppm. Sedangkan sampel pasir kuarsa di Kalimantan Tengah memiliki kandungan silicon dioxide 97,91%–99,14%, iron oxide 6005-8864 ppm, titanium oxide 168,5-3603 ppm, dan alumunium oxide 907-3212 ppm. Sehingga pasir kuarsa di daerah Bangka dan Kalimantan Tengah belum memenuhi spesifikasi sebagai bahan baku panel surya."