Agus Suharjono Ekomadyo
Ketika sebuah bangunan heritage digunakan untuk aktivitas lain yang punya nilai ekonomi, maka terjadi proses konsumsi pada heritage tersebut, di mana ada nilai-nilai yang tersampaikan kepada konsumen lewat artifak arsitektural yang tersaji. Beberapa heritage direvitalisasi menjadi tempat makan, dan di sini relasi antara heritage dan isu pangan lokal (local food) terjadi, sehingga isu heritage bisa dimasukkan ke dalam agenda tujuan pembangunan berkelanjutan. Pada masa pandemi, kegiatan konsumsi pada heritage melalui aktivitas transit ternyata berperan dalam menjaga keberlangsungan ekonomi masyarakat terutama yang terdampak oleh pembatasan aktivitas wisata massal (mass tourism), seperti yang terjadi pada heritage area istirahat Banjaratma yang menjadi alternatif sumber ekonomi bagi beberapa seniman lukis asal Bali (Gambar 1).
Atas dasar pemikiran inilah, diusulkan kegiatan pengabdian masyarakat dalam bentuk model desain “hybrid space” untuk heritage, yang menggabungkan desain revitalisasi bangunan heritage dengan menyertakan ruang-ruang virtual sebagai wadah muatan (content) narasi dari heritage tersebut. Kasus heritage yang dipilih adalah kawasan Pabrik Gula (PG) Sragi di Kabupaten Pekalongan (Gambar 2), dengan pertimbangan bahwa kawasan ini bisa menjadi transit alternatif pada jalan tol lintas Jawa, dan berada di Kabupaten Pekalongan yang sudah mempunyai Nota Kesepahaman (MoU) dengan ITB. Perancangan “hybrid space” untuk revitalisasi heritage PG Sragi adalah dengan Teori Jaringan-Aktor, yang menempatkan teknologi, termasuk desain, baik konvensional atau dengan media virtual, menjadi delegasi dari kehendak aktor-aktor yang terlibat dalam upaya revitalisasi ini.
Melalui pendekatan ini, kegiatan pengabdian masyarakat telah dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu melakukan identifikasi heritage yang akan direvitalisasi, memetakan aktor, kehendak, dan preskripsi yang akan terjadi, membuat desain heritage dan content, menyusun database pangan lokal yang disajikan di heritage, dam mendampingi stakeholder untuk implementasi desain. Luaran yang dihasilkan adalah model desain “hybrid space” pada heritage sebagai ruang konsumsi yang menghadirkan keanekaragaman pangan lokal (Gambar 3). Secara jangka panjang, model yang diharapkan bisa memberikan kontribusi terhadap kebijakan nasional restrukturisasi pabrik gula Nusantara menuju swasembada gula, terutama bagaimana heritage arsitektur berperan dalam isu kedaulatan pangan.
1. Menyusun kerangka operasional untuk pendekatan desain dan rekayasa sosial agar teknologi yang dihasilkan menjadi delegasi dari para aktor yang terlibat
Manfaat untuk KK/FS/ITB a. Penguatan Relevansi Akademik dengan Isu Kontemporer: Keterlibatan dalam proyek ini memperkuat posisi program studi Arsitektur sebagai institusi yang responsif terhadap isu global seperti transisi berkelanjutan, pelestarian heritage, dan pemanfaatan teknologi dalam desain arsitektur. b. Kolaborasi Multidisiplin: Proyek ini membuka peluang kolaborasi antara arsitektur dengan disiplin lain seperti teknologi informasi, perencanaan kota, dan ilmu sosial, memperkaya pengalaman akademik mahasiswa dan dosen. Manfaat untuk Indonesia/Global a. Meningkatkan Pelestarian Heritage: Penyempurnaan desain ruang virtual yang fokus pada heritage memungkinkan ruang-ruang bersejarah lebih terjaga melalui pemanfaatan teknologi, sehingga warisan budaya tetap lestari dan relevan bagi masyarakat modern. b. Memperkuat Narasi Pangan Lokal: Penyempurnaan konten pangan lokal, khususnya dalam menyampaikan pesan keberlanjutan pangan, dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya konsumsi pangan lokal yang transparan dan dapat dilacak c. Inovasi dalam Pengelolaan Heritage dan Keberlanjutan Pangan: Integrasi ruang virtual dengan konten keberlanjutan pangan melalui platform digital memberikan pendekatan baru dalam memanfaatkan teknologi untuk pengelolaan warisan budaya dan ketahanan pangan. d. Kebijakan Inovatif untuk Heritage dan Pangan Berkelanjutan: Penyusunan naskah kebijakan yang memadukan pengelolaan heritage dan keberlanjutan pangan memberikan landasan tata kelola yang mendukung pelestarian warisan budaya dan ekonomi lokal.