Optimasi dan Stabilisasi Produk Hasil Coal Upgrading
Nama Peneliti (Ketua Tim)

Nurulhuda Halim



Ringkasan Kegiatan

Dalam penelitian ini, pengaruh suhu pemanasan selama peningkatan batubara terhadap komposisi dan karakteristik batubara, reaktivitas pembakaran, dan perilaku re-adsorpsi uap air lignit dengan kadar air tinggi untuk menentukan suhu peningkatan yang optimal. Lignit Indonesia digunakan sebagai bahan baku. Sampel dibagi menjadi dua bagian; satu bagian dijadikan sebagai batu bara mentah acuan, dan bagian lainnya dipanaskan hingga suhu berkisar antara 60 hingga 500 °C. dan kemudian ditahan selama dua jam dalam suasana inert. Hasilnya menunjukkan ukuran partikel batubara menjadi semakin halus seiring dengan meningkatnya suhu pemanasan. Pada suhu 150°C, kandungan air turun sementara kandungan zat mudah menguap hampir konstan, sehingga menghasilkan suhu optimal untuk produksi energi. Terjadi perubahan kandungan unsur yang ditunjukkan dengan lepasnya gugus fungsi -OH pada suhu 200°C, gugus metil alifatik dan -C=O pada suhu 400°C, serta -C-O- pada suhu 500°C. Reaktivitas pembakaran menunjukkan bahwa batubara yang diupgrade memiliki sifat yang sulit terbakar dan dapat terbakar sendiri. Batubara yang ditingkatkan kualitasnya dapat meminimalkan adsorpsi kembali kelembapan dan menurunkan kadar air keseimbangan batubara baik di lingkungan terkendali maupun di luar ruangan.



Capaian

Mempelajari pengaruh temperatur pemanasan batubara terhadap kualitas batubara yang dihasilkan. Mempelajari pengaruh temperatur pemanasan batubara terhadap reaktivitas batubara. Mempelajari pengaruh temperatur pemanasan batubara terhadap perilaku penyerapan air kembali (moisture re-adsorption)



Testimoni Masyarakat

Penelitian ini merupakan awalan untuk memahami perilaku batubara low rank coal, khususnya high-moisture coal, yang cadangannya berjumlah milyaran ton, yang kedepannya menjadi tulang punggung pemenuhan kebutuhan energi nasional. Tingginya moisture ini perlu dikurangi agar efisiensi pembakaran di PLTU atau di furnace dapat optimal. Oleh karenanya, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penentuan temperatur upgrading optimal.