Alhilal Furqan
Kabupaten Kepulauan Sula, yang terletak di Provinsi Maluku Utara, merupakan wilayah yang tergolong dalam kategori 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar). Dalam konteks pembangunan kawasan, pengembangan sektor pariwisata dapat menjadi katalis yang signifikan. Pariwisata tidak hanya berpotensi meningkatkan kualitas pendidikan dan rasa percaya diri masyarakat lokal, tetapi juga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, penyediaan infrastruktur, serta menarik tenaga ahli, wirausaha, dan investor yang dapat berkontribusi terhadap pembangunan wilayah. Saat ini, pemerintah provinsi dan kabupaten sedang gencar mengembangkan pariwisata berbasis sumber daya alam dan budaya yang menjadi keunggulan kawasan ini. Sebagai destinasi yang kaya akan bentang alam bahari dan keanekaragaman hayati, potensi pariwisata di Kabupaten Kepulauan Sula masih belum tergarap secara optimal. Diversifikasi daya tarik wisata menjadi salah satu langkah strategis untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan serta memperpanjang masa tinggal mereka di kawasan ini. Namun, diversifikasi ini harus diiringi dengan peningkatan kualitas daya tarik wisata guna menciptakan pengalaman yang berkesan bagi wisatawan sekaligus mendukung keberlanjutan lingkungan alam, sosial, dan budaya.
Desa Kabau Darat, yang terletak di Kecamatan Sula Besi Barat, menonjol sebagai salah satu desa dengan potensi pariwisata yang menjanjikan. Salah satu daya tarik utamanya adalah Telaga Kabau, sebuah telaga yang dikelilingi hutan mangrove dan memiliki nilai sejarah serta cerita rakyat yang diwariskan secara turun-temurun. Konon, Telaga Kabau dulunya merupakan perkampungan bernama Wai Bot (air putih) yang berubah menjadi telaga setelah terjadi konflik antar-suku (soa). Pengembangan potensi Desa Kabau Darat diarahkan melalui konsep desa wisata. Desa wisata dianggap sebagai instrumen strategis dalam pengembangan pariwisata berbasis komunitas, di mana optimalisasi seluruh sumber daya desa menjadi tujuan utama. Namun demikian, pengelolaan potensi ini memerlukan kelembagaan yang kokoh agar manfaatnya tidak hanya dirasakan oleh wisatawan, tetapi juga memberikan dampak ekonomi, sosial, dan budaya yang signifikan bagi masyarakat setempat.
Upaya pengembangan pariwisata di Desa Kabau Darat dihadapkan pada beberapa tantangan utama: (1) Kurangnya pemahaman masyarakat dan aparat desa terhadap konsep pariwisata yang berdampak langsung pada masyarakat. (2) Belum adanya kelembagaan pariwisata yang aktif sebagai penggerak utama pengembangan desa wisata. (3) Belum optimalnya pengelolaan potensi sumber daya alam dan budaya menjadi produk pariwisata unggulan yang mampu menarik segmen wisatawan yang lebih luas. (4) Terbatasnya fasilitas dan pelayanan wisata yang memenuhi standar sehingga kebutuhan wisatawan belum terpenuhi secara optimal.
Untuk mengatasi tantangan ini, pengembangan pariwisata harus mencakup berbagai aspek seperti budaya, tradisi, kehidupan masyarakat, produk kerajinan, kuliner lokal, serta potensi pertanian dan perkebunan. Semua ini harus dirancang sebagai produk wisata berkualitas yang memberikan dampak nyata bagi kesejahteraan masyarakat. Program Pengabdian Masyarakat: Pemberdayaan dalam Pengembangan Desa Wisata. Sebagai bagian dari upaya pemberdayaan masyarakat, program bertajuk “Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengembangan Desa Wisata Kabau Darat” dilaksanakan dengan tujuan mengembangkan produk pariwisata berbasis masyarakat sesuai potensi dan keunggulan lokal. Program ini memfokuskan pada: (1) Identifikasi potensi dan permasalahan desa wisata untuk memberikan gambaran menyeluruh terhadap kebutuhan pengembangan. (2) Pengembangan kelembagaan dan sumber daya manusia sebagai penggerak dan pengelola desa wisata.
Lingkup pengembangan meliputi komponen wisata dan pengalaman berwisata yang akan ditawarkan kepada wisatawan. Fokus utama adalah meningkatkan kapasitas kelembagaan serta kemampuan sumber daya manusia dalam mengelola desa wisata secara profesional. Dengan pendekatan ini, diharapkan Desa Kabau Darat dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki untuk memberikan manfaat yang luas bagi masyarakat, lingkungan, dan budaya lokal, sekaligus menjadikan desa ini sebagai model pengembangan pariwisata berbasis komunitas yang berkelanjutan.
Identifikasi potensi dan permasalahan pengembangan desa wisata
Terbangun kerjasama antara pemerintah daerah dan ITB