Pembuatan Pojok Braille ITB serta Pengembangan Teknologi Video dan Audio Visual di Museum Geologi
Nama Peneliti (Ketua Tim)

Andy Yahya Al Hakim



Ringkasan Kegiatan

"Sejak adanya pandemi Covid-19 yang berlangsung sejak awal tahun 2020, banyak fasilitas umum yang menyesuaikan dengan adaptasi kondisi baru. Metode pembelajaran, baik bagi murid, mahasiswa, maupun masyarakat mengalami perubahan dengan sangat cepat. Museum merupakan salah satu fasilitas yang menjadi andalan untuk belajar, yang dinikmati oleh berbagai kalangan dari anak-anak, remaja, dewasa memanfaatkan museum sebagai tempat belajar di luar bangku sekolah. Kegiatan pembelajaran di museum tidak hanya dikhususkan kepada masyarakat pada umumnya, namun juga kepada masyarakat penyandang disabilitas. Adanya museum yang bersifat inklusif bagi penyandang disabilitas merupakan salah satu bentuk perwujudan dari Convention on the Rights of Persons with Disabilities (CRPD) yang dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Bentuk aksesibilitas ini salah satunya ditujukan pada ruang publik, sehingga tidak ada perbedaan antara masyarakat umum dengan penyandang disabilitas dalam mendapatkan fasilitas pelayanan publik. Penyandang disabilitas diharapkan dapat mengakses informasi yang sama dengan masyarakat pada umumnya, serta melindungi hak untuk memperoleh pengajaran dengan kualitas yang baik. ITB bekerja sama dengan pihak Museum Geologi Bandung dan Balai Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Sensorik Netra Wyata Guna Bandung untuk mengadakan kegiatan Pengabdian Masyarakat yang dapat membantu penyandang disabilitas yang memiliki kekurangan dalam penglihatannya (tunanetra) agar dapat turut menikmati koleksi yang ada di Museum Geologi. Produk yang dihasilkan antara lain sebagai berikut: 1) Pedestal yang memuat huruf Braille untuk dua (2) buah koleksi sentuh, yaitu Gajah Blora dan Mineral Ametis, yang saat ini telah dipajang di Museum, 2) Replika tengkorak Homo floresiensis dan 3 koleksi lain yang belum mempunyai replika, 3) Huruf Braille cetak untuk koleksi di Ruang Sumber Daya Geologi Lantai 2 dan Ruang Geologi Indonesia, yang memuat penjelasan koleksi Museum dalam huruf Braille, serta 4) 5 buah video profil Museum Geologi yang telah dilengkapi teks pandu yang ramah disabilitas. Dua (2) kali kegiatan pendampingan telah dilaksanakan, yaitu kunjungan dari penyandang Disabilitas Sentra Wyata Guna ke Museum Geologi untuk mendengar masukan dari penyandang disabilitas sensorik netra serta workshop kepada Pemandu Museum Geologi terkait cara bersosialisasi dan orientasi mobilitas penyandang disabilitas sensorik netra. Lebih dari 100 orang mengikuti workshop yang dilaksanakan pada Oktober 2022. Saat ini Museum Geologi telah melanjutkan kembali program Museum yang Ramah Disabilitas dengan tekad untuk dapat memberikan layanan lebih maksimal lagi ke depannya."



Capaian



Testimoni Masyarakat