Budhy Soeksmantono
Segara Anakan adalah sebuah laguna yang terletak di bagian barat Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah. Segara Anakan dipisahkan dari Samudera Hindia oleh Pulau Nusakambangan, dan dikelilingi oleh kawasan mangrove dan dataran berlumpur. Segara Anakan juga menjadi muara bagi beberapa sungai di Pulau Jawa, seperti Sungai Citanduy yang bermuara di sebelah barat, dan sungai-sungai lainnya seperti Cimeneng dan Cikonde. Dalam beberapa tahun terakhir Laguna Segara Anakan mengalami degradasi dan penyusutan luas area perairan akibat tingkat sedimentasi yang tinggi, yang disebabkan oleh endapan yang terbawa oleh sungai-sungai yang bermuara di Segara Anakaa Menurut data yang dikumpulkan oleh Balai Besar Wilayah Sungai Citanduy (2012), diperkirakan banyaknya sedimen yang masuk dari Sungai Citanduy sebesar 8,05 juta ton/tahun, Sungai Cimeneng 0,87 juta ton/tahun, dan Sungai Cikonde 0,22 juta ton/tahun. Pengendapan sedimen di Segara Anakan menyebabkan perubahan ekosistem laguna dan dapat mengancam keanekaragaman makhluk hidup di kawasan ini, yang juga penting untuk menunjang kegiatan perekonomian warga di sekitarnya .
Tingkat sedimentasi yang besar ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya adalah perubahan tutupan lahan (land cover) di daerah-daerah aliran sungai (DAS) yang mengalir ke Segara Anakan, terutama DAS Citanduy. Perubahan tutupan lahan, terutama dari tutupan lahan pepohonan menjadi lahan terbuka, dapat berdampak pada meningginya tingkat erosi pada suatu wilayah , yang menyebabkan tingginya jumlah sedimen yang terbawa oleh sungai dan kemudian terendapkan ke muara. Hal ini menimbulkan perubahan pada wilayah muara, dalam hal ini Segara Anakan, dari perairan menjadi daratan. Oleh karena itu, diperlukan suatu pendekatan spasial untuk memantau perubahan tutupan lahan secara keseluruhan di DAS Citanduy dan Laguna Segara Anakan secara berkala. Citra satelit dapat digunakan sebagai cara yang efektif dalam melakukan akuisisi data dan klasifikasi tutupan lahan untuk area yang sangat luas . Pendekatan spasial ini dapat dilakukan menggunakan citra satelit Sentinel 1 (radar) dan Sentinel 2 (citra optis) untuk dapat melihat secara jelas perubahan-perubahan tutupan lahan yang terjadi di kawasan tersebut. Untuk mencapai hal tersebut, dalam penelitian ini digunakan tiga macam metode pengamatan, yaitu perubahan klasifikasi tutupan lahan DAS Citanduy, pertambahan daratan (atau penyusutan perairan) di kawasan Segara Anakan, dan visualisasi pergeseran garis pantai di Segara Anakan dan sekitarnya.