Ira Adriati
"Biak adalah pulau kecil yang terletak di Teluk Cendrawasih dekat sebelah utara pesisir Provinsi Papua, Indonesia. Posisi Biak berada di sebelah barat laut Papua Nugini. Biak adalah pulau terbesar di antara rantai kepulauan kecil, serta mempunyai banyak atol dan terumbu karang. Masyarakat Biak merupakan pelaut ulung yang telah menjelajahi lautan hingga Malaka, para pelautnya menjadi pasukan pendukung Pangeran Nuku di Tidore hingga memenangkan pertempuran (Lapian,2009). Selain terkenal sebagai pelaut ulung, masyarkat Biak Numfor memiliki berbagai keterampilan dalam membuat benda kerajinan seperti ukiran kayu patung Karwar (Taylor&Aragon,1992), pembuatan miniatur perahu wairon, noken, kerajinan kulit kayu, kerajinan kerang dan memiliki sekitar 66 upacara adat yang dapat menjadi daya tarik wisata (Sumardjo, 2014). Dalam perkembangannya saat ini potensi kerajinan tersebut tetap stagnan. Pengrajin hanya membuat kerajinan berdasarkan kebutuhan masyarakat sehari-hari tanpa berorientasi dengan pasar dalam hal ini kebutuhan wisatawan untuk membeli cendramta maupun untuk kepentingan pariwisata secara luas. Berdasarkan kondisi tersebut serta hasil diskusi dengan Kepala Dinas Pariwisata Biak Bapak Oni Dangeubun, M.Sc. yang berharap pengrajin di Biak mampu menghasilkan kerajinan khas dengan desain unik selaras dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. Oleh karena itu dalam kegiatan Pengabdian kepada masyarakat tahun 2022 dilakukan pelatihan dan pengembangan desain kerajinan. Dalam kegiatan bulan Mei 2022 dilakukan pengenalan material baru yaitu batik dingin dengan menggunakan gutatamarin. Sekitar 30 orang pengukir atau pembuat kerajinan di BIak diberikan pelatihan khusus desain untuk produk batik dingin. Desain yang dipilih adalah desain khas yang biasanya digunakan untuk ukiran pada perahu wairon dan perahu mansusu. Para peserta pelatihan adalah para pengukir. Mereka merasakan potensi batik dingin yang jauh lebih praktis dari batik dengna lilin panas. Kemasan yang telah disiapkan menambah nilai jual dari batik yang mereka buat pada saat pelatihan. Dengan demikian mereka dapat menemukan desain baru yang lebih bernilai jual tinggi yang diharapkan dapat menarik wisatawan untuk memilikinya sehingga perekonomian mereka meningkat. Daftar Pustaka Lapian, A., (2009), Orang Laut Bajak Laut Raja Laut: Sejarah Kawasan Laut Sulawesi Abad XIX, Komunitas Bambu, Jakarta. Sumardjo, J., (2014), Estetika Paradoks, Kelir, Bandung. Taylor, M, T. & Aragon, L., V., (1992), Art of Indonesia’s Outer Islands: Beyound The Java Sea, Harry and Abram’s INC., New York."