Mohammad Farid
Desa Titigogoli merupakan salah satu desa terluar di Pulau Morotai, Maluku Utara, Indonesia. Desa ini, dengan pesona alamnya, menghadapi risiko serius akibat kapasitas sungai yang dipengaruhi oleh sedimentasi, topografi lahan, dan lokasinya yang berada di daerah pesisir. Dalam tiga tahun terakhir ini, desa tersebut diterjang oleh beberapa kejadian banjir yang menyebabkan kerusakan rumah, fasilitas umum, dan kerugian ekonomi lainnya.
Dalam mengatasi tantangan ini, sebuah pendekatan sosial dengan menerapkan Konsep Pentahelix diusulkan. Konsep ini melibatkan pemerintah, akademisi, masyarakat, industri, dan media untuk mengendalikan banjir, dengan penekanan pada peran masyarakat sebagai elemen terpenting. Pusat Pengembangan Sumber Daya Air (PPSDA) ITB dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) ITB telah melakukan Pengabdian Masyarakat (PM) di Desa Titigogoli pada tahun 2023. Kegiatan tersebut fokus pada peningkatan sistem peringatan dini banjir dan edukasi risiko bencana. Evaluasi kegiatan tersebut mengidentifikasi kebutuhan peningkatan kapasitas desa dalam berintegrasi dengan pihak stakeholders lainnya, pengetahuan masyarakat akan kebencanaan, dan sistem monitoring banjir yang lebih baik.
Sebagai respons terhadap kebutuhan ini, diusulkan kegiatan Penguatan Kapasitas Masyarakat dan Sistem Peringatan Dini Banjir Berbasis Komunitas di Wilayah Pesisir Kabupaten Pulau Morotai pada tahun berikutnya. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan ketahanan masyarakat terhadap banjir dan merupakan langkah menuju pencapaian target Indonesia Tangguh Bencana 2045 yang ditetapkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Penerima manfaat dari kegiatan ini adalah masyarakat Desa Titigogoli sebesar 10% dari penduduk Desa Titigogoli (sekitar 45 dari 447 warga). Kegiatan ini terintegrasi dalam road map penelitian Kelompok Keahlian Teknik Sumberdaya Air PPSDA ITB, khususnya terkait dengan Development of Water Related Hazard Early Warning System. Kegiatan ini juga melibatkan 3 anggota peneliti dari 3 fakultas yang berbeda yaitu FTSL, FITB, dan FMIPA. Selain itu dalam kegiatan ini terdapat keterlibatan mahasiswa MBKM lintas fakultas yaitu FTSL dan FITB. PPSDA ITB berharap hasil penelitian ini dapat berkontribusi meningkatkan ketangguhan masyarakat terhadap banjir di Desa Titigogoli sesuai dengan tujuan BNPB Indonesia Tangguh Bencana 2045.
Pendekatan kegiatan PM Penguatan Kapasitas Masyarakat dan Sistem Peringatan Dini Banjir Berbasis Komunitas di Wilayah Pesisir Kabupaten Pulau Morotai merujuk pada Sendai Framework for Disaster Risk Reduction, dokumen internasional yang menetapkan prioritas dan target untuk mengurangi risiko bencana. Tujuh target global, termasuk pengurangan jumlah kematian, kerugian ekonomi, dan kerusakan infrastruktur, menjadi fokus dalam mencapai tujuan ini. Kegiatan PM ini melibatkan dua tahap utama: pengembangan peta risiko bencana dan penguatan sistem monitoring banjir berbasis masyarakat. Kedua tahap tersebut dilakukan dengan partisipasi warga, termasuk kelompok rentan seperti orang tua, anak-anak, dan ibu hamil. Peta risiko banjir menjadi alat bagi masyarakat dalam merencanakan respons terhadap bencana.
Sebagai bagian dari koordinasi, kegiatan ini melibatkan diskusi dengan stakeholder dan instansi terkait seperti Balai Wilayah Sungai, Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah setempat. Selain itu, pelibatan mahasiswa juga dilakukan guna memberikan kesempatan kontribusi dan pengalaman baru dalam pengabdian masyarakat. Pelaporan dan diseminasi hasil PM merupakan langkah penting dalam menyebarkan informasi kepada masyarakat, sehingga kegiatan ini akan diliput oleh media massa cetak ataupun online, laporan video akan diunggah ke dalam Youtube LPPM ITB atau IGTV personal, laporan pengabdian masyarakat, dan jurnal nasional.
Mengembangkan peta risiko banjir
Peta risiko berbasis masyarakat dan sistem monitoring yang sudah diperkuat dapat bermanfaat dalam meningkatkan ketangguhan dan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana banjir.