Elfahmi
Indonesia masuk dalam lima negara penghasil singkong terbanyak di dunia. Hasil pertanian singkong selama ini hanya memanfaatkan umbinya untuk diolah menjadi makanan dan bahan baku industri. Selain itu, petani seringkali menghadapi harga jual umbi singkong yang rendah sehingga harus menanggung kerugian. Salah satu cara meningkatkan sumber pendapatan petani singkong adalah dengan memanfaatkan daun singkong secara optimal. Saat ini, daun singkong hanya sebagian kecil saja yang dikonsumsi sebagai sayuran dan untuk pakan ternak, sebagian besarnya terbuang dan tidak dimanfaatkan. Hasil penelitian kami menunjukkan daun singkong mengandung zat aktif bioflavonoid dengan kadar yang cukup tinggi dengan kadar yang cukup tinggi (diatas 2,4% per berat kering daun). Bioflavonoid merupakan kelompok senyawa fenolik pada tanaman yang telah diketahui memiliki banyak manfaat kesehatan, diantaranya sebagai anti oksidan, anti inflamasi, anti kanker, anti diabetes, kardioprotektif, dan anti virus. Karena aktivitasnya diatas, zat aktif bioflavonoid sering digunakan dalam produk suplemen kesehatan (nutrasetikal) yang dikonsumsi untuk tujuan pencegahan penyakit. Saat ini masyarakat mulai melihat kesehatan menjadi investasi yang utama, dimana fokus pencegahan adalah lebih utama dibandingkan pengobatan. Selain makanan sehat, mengkonsumsi suplemen kesehatan kini menjadi kebutuhan sehari-hari. Olehnya itu, pengembangan produk nutrasetikal dengan zat aktif bioflavonoid singkong menjadi sebuah peluang ekonomi baru. Di laboratorium peneliti dan tim telah berhasil mengembangkan metode pemurnian bioflavonoid singkong hingga pada tahap pilot scale dan juga telah didaftarkan patennya. Dua prototipe produk nutrasetikal berbahan bioflavonoid singkong berupa kapsul dan madu terfortifikasi juga telah dihasilkan pada riset sebelumnya. Sebagai antisipasi sebelum proses hilirisasi, maka kebutuhan produksi massal bioflavonoid singkong sangat diperlukan. Oleh karena itu, dalam pengabdian ini akan dilakukan transfer teknologi kepada kelompok petani untuk mengolah daun singkong menjadi ekstrak bioflavonoid kasar. Proses ini menggunakan metode sederhana yang telah dikembangkan di laboratorium peneliti. Dengan cara ini, petani tidak menjual dalam bentuk daun singkong dengan harga rendah, melainkan sudah dalam bentuk ekstrak kasar bioflavonoid dengan harga yang lebih tinggi. Hal ini akan meningkatkan pendapatan petani singkong. Saat ini telah ada perusahaan yang akan membeli produk bioflavonoid kasar dari petani. Oleh perusahaan tersebut, bioflavonoid kasar dari petani akan dimurnikan dengan teknologi tinggi hingga menghasilkan kualitas food/pharma grade. Selanjutnya bahan baku bioflavonoid lokal ini akan dimanfaatkan menjadi zat aktif dalam produk suplemen kesehatan. Saat ini telah diimplementasikan teknologi sederhana ekstraksi bioflavonoid dari daun singkong. Teknologi tersebut telah diinstal di salah satu tempat kelompok petani dan saat ini telah rutin melakukan produksi ektrak kasar bioflavonoid. Satu Kelompok tani telah dibina untuk proses pengolahan ekstrak bioflavonoid. Ekstrak tersebut telah rutin dibeli oleh perusahaan mitra yaitu PT EBM Saintifik dan Teknologi